Letaknya Cuma 110 KM dari Surabaya, Ternyata Ini Fakta Menarik Asal-Usul Nama Kabupaten Bojonegoro
Bojonegoro--
adv
Melalui Bengawan Solo, Sasradilaga memimpin serangan terhadap Rajekwesi yang saat itu dikuasai oleh Belanda. Pasukan Belanda berhasil dipukul mundur dalam pertempuran tersebut.
Meskipun kemudian terjadi gencatan senjata, nama Rajekwesi berubah menjadi Bojonegoro. Bojonegoro memiliki arti "senang-senang," "kebebasan," dan "pesta," sementara "negoro" berarti "negara."
Pada tanggal 20 Oktober 1677, status Jipang, yang sebelumnya adalah kadipaten, diubah menjadi kabupaten dengan Wedana Bupati Mancanegara Wetan, Mas Tumapel, yang juga menjabat sebagai Bupati I dan berkedudukan di Jipang. Tanggal ini hingga sekarang diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Bojonegoro.
Pada tahun 1725, ketika Pakubuwono II menjadi penguasa Kasunanan Surakarta, pusat pemerintahan Kabupaten Jipang dipindahkan dari Jipang ke Rajekwesi, sekitar 10 km sebelah selatan kota Bojonegoro saat ini.
Bojonegoro awalnya merupakan perkampungan yang tersebar di beberapa titik, seperti Gadung Rahu (Ngraho), Badender (Dander), Randu Gempol, Toja, dan Adiluwih.
Ki Ruhadi, atau yang dikenal sebagai Rakai Purnawikan, adalah salah satu kepala suku yang kuat di beberapa perkampungan tersebut.
Baca juga: Profil dan Biodata Arthur Leigh Welohr, Sosok WNA asal Amerika yang Bacok Mertuanya di Banjar
Ia tinggal di Randu Gempol, yang kemudian diubah namanya menjadi Hurandu Purwo pada tahun 1115. Hurandu Purwo terletak di Desa Plesungan, Kecamatan Kapas, dan merupakan ibukota kerajaannya.
Kerajaan kecil Hurandu Purwo kemudian menghilang, dan pada masa pemerintahan Airlangga, wilayah tersebut menjadi bagian dari Kabupaten Rajekwesi. Pada zaman kerajaan Singasari (1222-1292), Kabupaten Rajekwesi pecah menjadi tiga bagian: Rajekwesi Wetan, Bahuwerno (Baureno), dan Getasan Kenur (Kanor saat ini).
Pada masa kerajaan Majapahit (1293-1309), ketiga kabupaten tersebut dilebur menjadi satu dengan nama Kabupaten Kahuripan.